Perkenankan kami memperkenalkan diri
Sepatah kata mengenai kami
Tirta Gangga diambil dari kata “Tirta” yang berarti air suci dan kata “Gangga” yang merupakan nama sungai suci di India, sungai yang digunakan sebagai tempat untuk melakukan ritual penyucian diri.
Area dari taman air ini seluas 1.2 ha (3 hektar), dibagi atas tiga tingkat dari timur ke barat. Di tingkat Swah utara yang paling tinggi, terdapat mata air di bawah pohon beringin, kolam renang dan dua kolam hias, satu kolam memiliki empat air mancur seperti di Versailles, dan satunya lagi memiliki bunga teratai Victoria.
Hal pertama yang pengunjung akan lihat ketika memasuki taman adalah air mancur Nawa Sanga elegan yang berada dari pertengahan kompleks. Air mancur ini bersamaan dengan dua kolam membentuk tingkat Bwah tengah.
Pada tingkat Bhur terbawah yang lebih besar, di bagian kiri jalan tapak lurus yang membentang dari pintu masuk ke bagian barat, dilengkapi dengan kolam Selatan besar yang memiliki Demon Island yang luas di tengahnya.
Ketika memasuki Taman Tirtagangga, hal pertama yang turis akan lihat adalah kolam air yang membentang di bagian kiri dan kanan. Terdapat juga Nawa Sanga Fountain sebelas tingkat di tengahnya. Di dalam air, pengunjung dapat melihat banyak ikan yang berenang. Mata air di Tirtagangga dipandang suci, sehingga terdapat Kuil khusus di dalam tingkat atas daman taman di bawah pohon beringin, yang memiliki mata air alami yang mengalir dan digunakan khusus untuk upacara keagamaan.
Di gerbang pertama, pengunjung akan disambut oleh patung menggambarkan cerita Mahabrata yang dideretkan seperti prajurit. Pengunjung dapat berjalan mengitari kolam dengan berjalan di jalur tapak batu yang disusun seperti jembatan. Anda dapat mengambil gambar dengan latar belakang air mancur tinggi dan patung di kolam dengan ikan yang berkeliaran.
Terdapat juga kolam yang untuk berenang. Di dalam kolam Tirta Gangga, airnya sangat sejuk dan jernih. Rasanya sangat berbeda dari berenang di kolam renang modern. Anda dianjurkan untuk tidak terburu-buru ketika berenang di kolam ini. Anda harus membawa pakaian ganti dan handuk, jika Anda berencana untuk mencoba kolam renang dari mata air Rejasa.
Taman Kami
Sumber gambar: www.tirtagangga.com
Gedung serbaguna di bagian kanan telah menjadi restoran dan toko suvenir. Patung yang berada di kolam Mahaberata, di air mancur Nawa Sanga, di South Ornamental Pond, di tempat meditasi dan sebagainya, semuanya penting untuk keseimbangan dunia atas dan bawah. Informasi lebih lanjut dapat dibaca di www.tirtagangga.com
Sejarah
Sejarah Singkat
Tidak diketahui kapan mata air mulai mengalir di tempat yang sekarang bernama Tirtagangga, namun jika melihat pohon beringin yang ada, yang biasanya ditanam dekat tempat suci, mata air tersebut dapat berumur 300 tahun. Hingga saat ini air dari mata air tersebut digunakan sebagai air suci untuk banyak upacara keagamaan.
Mata air yang digunakan untuk acara keagamaan, cuaca yang sejuk dan pemandangan yang indah di sekitar bukit menginspirasi Raja Karangasem, Anak Agung Anglurah Ketut Karangasem untuk membangun taman air rekreasi untuk dirinya dan rakyatnya, yang ia mulai bangun tahun 1948. Membuat berbagai macam taman air sudah menjadi hobinya. Ia tidak hanya membuat rancangannya sendiri, namun ia juga bekerja dengan pekerjanya, menggali tanah, berdiri di air yang dalam, dikotori lumpur. Pengunjung yang melihat proses pembangunan selalu terkejut ketika melihat Raja yang berada di sekitar pekerjanya. Orang-orang menyukainya dan itu adalah salah satu kelebihan Raja yang menawan.
Taman mulai dibangun sekitar Januari 1948 dan diperkirakan selesai sekitar September 1948, yang setelahnya digunakan secara resmi oleh Keluarga Kerajaan sebagai peristirahatan dan sampai sekarang masih digunakan untuk kepentingan Keluarga Kerajaan; masyarakat lokal Ababi, Temega, Pladung untuk aktivitas keagamaan Tirta Yatra
Tahun 1963 Gunung Agung meletus dan menyebabkan banyak gempa yang menghancurkan sebagian besar bangunan dan kolam di Taman. Keluarga Kerajaan dan masyarakat Karangasem mengungsi di daerah Bali yang lebih aman. Sekitar sepuluh bulan kemudian saat situasi sudah aman, Raja kembali dan menemukan taman indahnya telah hancur. Ia tidak memiliki uang untuk membangun kolam dan struktur. Ketika Raja-Raja diperkenalkan oleh Undang-undang Agraria, seperti pemilik lahan lain, sarana untuk memperbaikinya telah hilang. Rehabilitasi Tirtagangga hanya dapat dilakukan dengan hemat dan serampangan.
Tahun 1966 Raja meninggal dunia akibat stroke di umur 87 tahun. Setelah kepulangannya, Taman Air diwariskan pada 10 anaknya. Untuk menjaga warisan keluarga, taman-taman dan arsitektur khusus yang diciptakan oleh Raja Karangasem telah menjadi bagian dari keluarga “Druwe Tengah”. Sayangnya keluarga tersebut tidak memiliki dana untuk melanjutkan perawatan tempat tersebut dan tempatnya sangat sulit untuk dirawat, bahkan setelah keputusan untuk membebankan biaya pada tamu yang memasuki taman.
Sejak 1979, setelah tugas yang panjang di luar negeri, salah satu anak mendiang Raja, Dr. Anak Agung Made Djelantik memimpin rehabilitasi taman Dengan sedikit kenaikan di biaya masuk pada tahun 1985 dan donasi uang pribadinya, sedikit perbaikan yang dapat dicapai. Pertemuan juga dibuat dengan perusahaan air lokal (PDAM), untuk menggunakan sebagian air dari mata air untuk konsumsi kota Karangasem, dan ini membantu merenovasi kolam renang bagian atas. Sedikit demi sedikit taman air menjadi lebih bagus, dan mulai dikenal di dunia pariwisata.
Di tahun 2002, dengan bantuan beberapa yayasan dan donor yang diusulkan oleh Dr. AA Made Djelantik dan diatur lebih lanjut oleh anaknya, AA Widoera Djelantik, yang merupakan seorang arsitek, Taman tersebut dapat direnovasi lebih jauh, langkah demi langkah menurut rancangan utama yang dibuat saat itu. Beberapa tahun kemudian, AA Widoera dibantu oleh anggota keluarga Kerajaan lain dapat mengembalikan keindahan Taman Kerajaan, Taman Tirtagangga. Pengunjung juga datang untuk menikmati keindahan Taman.
Sejak pertengahan 2018 manajemen Taman telah diganti dan diserahkan ke anggota keluarga Kerajaan yang lain, AA Made Kosalya dan tim manajemen dan operasionalnya yang beranggota 40 orang.
Informasi lebih lanjut mengenai sejarah taman dapat dilihat di www.tirtagangga.com